Selasa, 21 Oktober 2008

Petani Karet Kini Semakin Menjerit

TELUKKUANTAN – Dua pekan terakhir ini petani karet di Kuansing semakin menjerit. Bagaimana tidak, harga karet ditingkat pedagang pengumpul semakin anjlok. Sementara, selama dua pecan terakhir, hujan turun di Kuantan Singingi hampir setiap hari. Akibatnya petani tidak bisa bekerja menyadap karet.
“ Kami ibarat orang yang jatuh tertimpa tangga. Sudahlah harga karet anjlok, kini hujan turun hampir setiap hari,” keluh seorang petani karet dari Desa Pulau Aro, Datuk kepada kabarkuansing.blogspot.com.
Keluhan Datuk memang beralasan. Harga karet ditingkat pedagang pengumpul saja membuat petani karet mengeluh. Kini harga karet ditingkat pedagang pengumpul berkisar antara Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu per kilogram. Harga ini turun drastis dibanding beberapa bulan lalu Rp 18 ribu per kilogram.
Selain harga yang turun drastis, cuaca juga membuat petani semakin menjerit. Dalam dua pekan terkahir hujan turun hampir setiap hari. Karena itu, dalam pekan lampau, nyaris tidak ada petani karet yang menjual hasil garapannya. Pasalnya hujan yang turun hampir setiap hari membuat petani tidak bisa bekerja.
Menurut Datuk, jika petani memaksakan diri untuk bekerja pada musim hujan hasilnya juga tidak akan ada. Pohon karet jadi basah karena hujan. Akibatnya karet yang disadap tidak lagi menguucur mengikuti alurnya. Sehingga latex atau getah karet tidak akan tertampung dengan baik kedalam mangkok penampungan.
Biasanya kata Datuk, kalau harga karet anjlok, petani menambah penghasilan dengan kegiatan lain. Tapi kini tidak bisa. Selama musim hujan kegiatan lain di desa sulit dilakukan. Untuk menangkap ikan di sungai Kuantan juga susah karena terganggu hujan. “ Kini kami lebih banyak berdiam diri di rumah. Bagaimana lagi. Apa yang harus kami lakukan,” katanya.
Menurut Datuk kondisi sulit ini lebih dirasakan petani yang harus melunasi angsuran kredit. Misalnya melunasi kredit sepeda motor, kredit perabotan, kredit peralatan rumah tangga dan berbagai bentuk kredit lainnya.
Mereka menurut Datuk terpaksa harus membayar angsuran kredit setiap bulan. Sementara harga karet anjlok dan hujan turun hampir setiap hari. “ Dengan harga karet anjlok saja kredit sulit dibayar. Tambahlagi kini tidak bisa bekerja lantaran hujan, wah sulit sekali,” keluh pria setengah baya itu.(Said Mustafa Husin)

2 komentar:

Hendrianto mengatakan...

saya sangat kasihan melihat kondisi daerah yang ada di kabupaten kuansing, yang hanya mengandalkan kehidupan nya dari hasil petani karet. tetapi kenapa Pemkab kuansing tidak mau peduli dengan keadaan seperti itu. belajar keluar dong, jangan hanya mengandalkan karet saja. mari kita sama sama berjuang demi daerah kita kuansing yang kita cintai. kunjungi blog saya, kabarnusantara.blogspot.com

Firdaus mengatakan...

krisis global yg terjadi skrang ini,sngat di rasakan dampak nya oleh smua klangan,apalagi petani karet,sdah harga karet turun drastis,di tambah lg dengan iklim yg tdk mendukung